Jumat, 19 Desember 2008
Apa yang membuat Anda bisa masuk surga ?
Ada seorang pria meninggal dunia dan pergi ke Surga. Di depan pintu gerbang, sang Malaikat menemuinya. Katanya, “Begini… Supaya bisa masuk ke dalam Surga, kamu perlu mendapatkan nilai 100. Kamu sebutkan semua kebaikanmu selama di dunia dan aku akan memberi nilai atas setiap kebaikanmu. Begitu kamu mencapai nilai 100, silakan masuk.”
“Baik,” kata pria itu, “Saya menikahi seorang wanita yang sangat aku cintai. Saya tidak pernah selingkuh, bahkan memikirkan soal itu saja tidak pernah.”
“Luar biasa!” puji Sang Malaikat, “Nilainya tiga poin.”
“Tiga poin!?” seru pria itu, “Saya juga setiap Minggunya pergi ke tempat ibadah dan juga terlibat dalam pelayanan. Hampir tidak pernah absen!”
“Bagus!” puji sang Malaikat lagi, “Satu poin untukmu!”
“Satu!!!??” seru pria itu, tidak percaya, “Kalau ini? Saya mengabdikan hidup saya untuk bekerja sebagai seorang juru masak di medan perang untuk para tentara dan korban perang.”
“Dua poin untukmu!” seru Malaikat sambil tersenyum.
“Dua poin???!!!!!” seru pria itu kecewa. “Sedikit sekali nilainya! Kalau begini caranya, saya hanya akan bisa masuk Surga kalau Tuhan bermurah hati padaku untuk mengijinkanku masuk!!”
“TePaT seKali.. !!! Sekarang, silakan masuk!” kata sang Malaikat.
Renungan!
Terkadang kita terlalu mengagungkan perbuatan-perbuatan baik di hadapan Tuhan. Aku telah berbuat ini, menyumbang sana-menyumbang sini, mendoakan semua orang. Seakan-akan cukuplah perbuatan baik itu dimata Tuhan. Seakan-akan perbuatan baik itu telah menjadi jaminan pasti hidup dekat dengan Tuhan. Padahal jika-dinilai-dihitung-hitung, tidaklah seberapa, apabila dibandingkan dengan kemurahan hati Allah yang selalu saja kita terima dalam hidup.
Bukti kemurahan hati Allah itu jelas terlihat saat ia mati di salib. Ia mengorbankan diri-Nya disalib. Mengapa ia melakukannya? Karena Ia ingin mengangkat kita, manusia-manusia berdosa, untuk hidup dalam kemuliaan bersama Bapa. Ia menunjukan belaskasihan-Nya kepada kita.
Di hadapan sakramen Mahakudus, kita diajak untuk terbuka terhadap belaskasih Allah, tidak takut mendekati hati-Nya yang mulia, sebab Ia murah hati kepada siapapun, termasuk orang berdosa, “Yesus berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa”.
Dosa begitu mudah menjerat. Ada berbagai macam gambaran dosa, dosa seperti wanita-semakin disuka semakin menggelayut manja, atau dosa seperti komandan perang, selalu mencari bagian-bagian terlemah, atau dosa seperti lelaki buaya, merayu dengan bendera sukacita.
Begitu mudahnya kita berdosa. Dan karena dosa itulah, kita berjarak dengan Tuhan. Namun, petang ini kita diundang oleh Tuhan untuk hadir, dan bersekutu dengan-Nya dalam kebahagiaan. Kita pantas bersyukur, bahwa kita diundang untuk masuk dalam kesatuan bersama-Nya. Oleh karena itu, kebahagiaan, kesatuan dengan Dia tidak melulu terhitung dari perbuatan baik yang kita lakukan, tetapi kesadaran betapa Allah lah yang begitu murah hati memberikan kita kebahagiaan, melepaskan dosa kita. Untuk itu suatu pengakuan bahwa kita berdosa mau menggambarkan sikap keterbukaan kita terhadap sapaan kemurahan hati Allah, dan membiarkan Allah menguasai hidup kita.
Amin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar