Baca Selengkapnya Di : http://indonesianblog-jmk.blogspot.com/2012/04/cara-membuat-link-otomatis-ketika.html#ixzz2cOCvfD00 Orang Muda Katolik: 2008-12-07

Jumat, 12 Desember 2008

Temu Raya OMK


PegaNg taNganku.......JaNgan perNah lepaskan...

RITUAL DOA




Komunikasi Langsung Dengan Allah Bapa di Surga

"Maka naiklah asap kemenyan bersam-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah." Wahyu 8:4

Allah sangat menghargai doa. Sebab hanya melalui doa Allah dapat berkomunikasi dengan kita. Tanpa doa hubungan kita dengan Allah terputus.

Tetapi doa sendiri sepertinya tidak lagi menjadi bagian yang penting dalam kehidupan rohani kita. Kita menganggap doa itu suatu kewajiban yang harus dilaksanakan, sebab kalau tidak.... kita akan berpikiran bahwa dengan muka merah Allah akan mendatangi dan menghukum kita. Dahulu, saat masih kanak-kanak, kalau tidak berdoa sebelum makan, khawatir nasinya keluar masih tetap jadi nasi. Jadi berdoa membawa kita pada ketakutan.

Tetapi setelah dewasa kita sadar bahwa doa bukan sekedar KEWAJIBAN, tetapi juga sarana untuk berkomunikasi dengan Allah dan alat untuk membawa kita semakin INTIM denganNya. Banyak orang Kristen yang frustasi dengan kehidupan doanya. Mereka merasa doa-doa mereka tertiup angin, sehingga jawabannya tidak kunjung tiba. Anda pasti merasakan hal yang demikian manakala permintaan Anda tidak datang-datang juga. akhirnya Anda patah semangat lalu tidak berdoa lagi. Itu salah !

Dalam kitab Wahyu ini tuhan berkenan menyingkapkan suatu rahasia. Dan Alkitab menyebutkan tentang asap kemenyan yang dipersembahkan bersama doa-doa orang kudus. Ayat 4 seperti pada pembacaan di atas disebutkan tentang naiknya asap tersebut BERSAMA doa-doa orang kudus lainnya.

Tidak ada doa yang sia-sia ! Asalkan Anda melakukannya dengan iman dan segenap hati Anda, maka doa itu adalah asap yang akan naik ke tahta Allah. Jauh sebelum kitab Wahyu ditulis, Daud sudah mengungkapkan kebenaran ini, "Biarlah doaku adalah bagiMu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang." (Mazmur 141:2)

Anda lihat, doa bukan sekedar perkara meminta saja, tetapi suatu persembahan yang menyenangkan hati Tuhan. Apabila Anda berdoa yakinlah bahwa Anda sedang melakukan ritual penting dalam peribadahan Anda kepada Allah. Di dalam Perjanjian Lama seluruh acara peribadahan bangsa Israel dilakukan dengan segenap hati. Maka Anda juga harus melakukan hal yang sama. Ketika Anda sedang berada di dalam kamar dan berlutut, lakukanlah dengan segenap hati. Sebab Anda sedang membakar ukupan yang berisi doa-doa Anda. Jadi janganlah mengira bahwa doa itu bernilai rendah. Jangan anggap enteng perihal doa ini.

Renungan:
Mulailah giat untuk berdoa. Semakin banyak Anda berdoa, maka Anda semakin sering mempersembahkan ukupan kepada Allah. Dan saya yakin Anda akan berubah menjadi manusia yang mencerminkan rupa Kristus.

DOA ADALAH RITUAL MEMPERSEMBAHKAN KORBAN UKUPAN KEPADA ALLAH.

sumber : renungan.com (adapted from klinikrohani)

old n new



Shallooooom,

Hi..reKan-Rekan muDa se-Paroki peKaloNgan, dimanapun dirimu berada.
Bentar Lagi Taon 2008 mu usaI, trus KiTa memasuKi Taon Baru 2009....
Nah..buat NgiSi AcaRa taon baruan loe-loe pada...Kita mo NgadaiN OlD 'N neW di gereJa.
so...saPa YaNG mo Taon BaruAn barenG orang Muda se-paroki peKalOnGan???
DaTaNg azza...

AcaRa : Old 'n NeW
WaKtu : 20.00 WiB- saMpe PaGi boooo...
TeMpaT : AuLa 'n ParKiRan ParoKi St. Petrus PeKaloNgan

RiNciaN : ChEck in (kaYa masuk hOTeL aza), GaMe, SiNg a SoNG, Mass, ReFlecTioN, KemBaNg apiAn (FloWerfiRe---beneR ga yaCh??? akh ngawur ki), BebaKaRan, moViE niGhT......sleePzzzzz. oh Yach....ada DOORPRICEnya juGa loHhhh....
Ayo daTang old 'n New baRenG di Gereja St. peTrus PeKalongan....saPa tau daPet dooRpriCe....................


shallom,
omk

TeNtaNg OMK St. Petrus PekaloNgan


Pendampingan Berpola “Kakak-Adik”

Paroki St. Petrus Pekalongan menyadari potensi besar umatnya ada pada kaum muda. karena itu paroki menyadari perhatian pada kaum muda perlu ditanggapi secara serius. Semangat bersama yang dibangun dalam Musyawarah Pastoral Paroki menegaskan betapa pentingnya kesiapan para pendamping dan kegiatan-kegiatan yang menarik minat kaum muda.

Paroki St. Petrus memiliki berbagai wadah bersama. Selama ini anak-anak sudah memiliki wadah yaitu PIA atau misdinar. Dinamika paguyuban ini sudah berjalan baik. Meski demmikian perlu mencari cara-cara yang kreatif agar menjangkau sebanyak mungkin anak dan ketahanan untuk memberikan pelayanan dalam kegiatan yang teratur. Pemberdayaan para pendamping entah melalui training dan melibatkan semakin banyaknya peminat untuk mendampingi anak-anak menjadi tantangan yang perlu disikapi.
Demikian juga wadah kegiatan untuk anak-anak misdinar perlu keterlibatan umat beriman. DIbutuhkan relawan-relawan untuk menemani anak-anak misdinar agar makin berkembang baik iman maupun kepribadiannya. Dalam hal ini dibutuhkan kerjasama dari keluarga-keluarga agar perhatian akan pembinaan iman anak-anak tidak terputus dan mandeg. kepedulian keluarga sebagai basis kehidupan beriman menjadi akar terbinanya kelompok bina iman anak dan misdinar.

Perhatian khusus untuk kaum muda juga merupakan tantangan tersendiri. Potensi kaum muda yang terus bergerak mencari dan berekspresi dalam pergaulan antar sesama patut terwadahi secara baik. Jangan sampai kaum muda menjadi orang-orang yang tidak kenal Gereja dan malahan menjadi penonton, orang yang berada di luar arena kegiatan Gereja. Keterlibatan mereka dalam perayaan menggereja (liturgi utamanya) patut menjadi fokus dari dinamika bersama. Proses pelatihan sudah mulai dari kring, atau lewat lembaga pendidikan.

Persaudaraan kaum muda yang khas memang membutuhkan tersedianya tenaga pendamping yang mengerti dan sungguh menaruh perhatian pada pembinaan dan pendampingan kaum muda. Dengan begitu acara atau kegiatan yang warnanya menggereja tetap diminati. Patut pula menaruh perhatian pada pendampingan yang mengarah pada jiwa kepemimpinan.
Selain perhatian pada kelompok pia, misdinar, dan kaum muda, perhatian pada usia remaja lebih-lebih yang putri membutuhkan tenaga yang rela melayani. Setelah komuni anak-anak laki biasanya tergabung dalam misdinar sedangkana yang putri belum ada wadahnya. Melalui amanat MPP di paroki dibentuk tim pendamping kaum muda. TIm pendamping ini bergerak bukan saja dalam waktu satu atau dua tahun melainkan dalam beberapa tahun supaya terjadi pendampingan yang berkesinambungan.

Tenaga-tenaga volunter amat dibutuhkan untuk kesinambungan pendampingan anak dan kaum muda. Dicita-citakan suatu pendampingan “kakak-adik”. Maksudnya pendampingan yang berkesinambungan. Kakak akan mendampingi adiknya. Ada tanggung jawab dari kakak untuk perkembangan dan peran adiknya. Maju dan tidaknya dipengaruhi oleh peran yang dilakukan oleh kakaknya.

Proses ini dapat berjalan dengan pendampingan serius untuk mereka yang masuk dalam pendampingan PIA (bina iman). Ada beberapa anak yang sudah sejak awal “diincar” karena memiliki semangat dan potensi untuk dibina atau didampingi secara khusus. Pendampingan ini mengarah pada dinamika kepemimpinan. Mereka sudah dibekali dan dibantu agar mampu melatih dirinya sedniri untuk tampil dan memimpin. Dari rekrutan kelompok kecil ini, mereka didampingi untuk masuk ke kelompok yang lebih tinggi jenjang pendampingannya entah masuk ke Misdinar atau ke BIna Iman remaja. Dari kelompok ini juga dikader dan diincar untuk didampingi secara khusus demi perkembangan iman. Mereka tidak memutus dinamika relasi dengan yang telah lalu (PIA) maka mereka diberi porsi untuk ikut ambil bagian dalam pendampingan PIA. Demikian pula nantinya bila sudah usia mudika, mereka mendampingi BIR (BIna Iman Remaja atau Misdinar). Selanjutnya setelah jenjang kerja (karyawan) mereka mendampingi tingkatan di bawahnya. Hubungan kakak-adik ini bakal lestari bila rangkaian dinamika ini terprogram. Dibutuhkan semacam kurikulum pendampingan kaum muda paroki St. Petrus.
Dengan adanya kurikulum ini peran dan jenjang serta pola pendampingan semakin memiliki arah bersama. Secara tidak langsung kaum muda terkader untuk berani ambil bagian dalam fungsi kepemimpinan. (ditulis oleh RD. Ag. Dwiyantoro dalam Warta Paroki Edisi Paska)

Mana Geliat Gulung Galau, Galang Gelang, GIlang Gemilang-nya???


Mudika St. Petrus Pekalongan

Belum lama ini mudika St. Petrus Pekalongan mengikuti Temu Raya Orang Muda se-dekenat Utara, antara lain Paroki Batang, Paroki Pekalongan, Paroki Pemalang, Paroki Tegal, Paroki Majasem, Paroki Brebes, dan Paroki Slawi. Temu raya tersebut diadakan di Paroki St. Lukas Pemalang, pada bulan Oktober 2008. Tema yang diangkat oleh Panitia Temu Raya Orang Muda Katolik adalah Gulung Galau, Galang Gelang, GIlang Gemilang. Temu Raya ini menjadi kesempatan Kaum Muda dalam berjejaring, berkumpul bersama, setelah sekian lama orang muda Katolik dekenat Utara Keuskupan Purwokerto mengalami mati suri.

Orang Muda Katolik Paroki Pekalongan sendiri, sebagai peserta, rupanya cukup antusias dalam mengikuti Temu Raya tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah peserta yang melonjak, bahkan melebihi batas yang telah ditentukan.

Nah temu rayanya kan sudah selesai…terus mana geliat kaum muda paroki st. petrus Pekalongan sendiri…koq sepi…

ayo ngadakan pertemuan orang muda di paroki st. petrus Pekalongan, kumpul-kumpul dan lain sebagainya. Mari mengadakan kegiatan menggereja bersama…

Gulung Galau Galang Gelang Gilang Gemilang…semoga tidak sekedar menjadi slogan apik, indah saja, tetapi benar-benar merasuk dan menjiwai semangat hidup orang muda.

horas Kaum muda…

Horas Kaum Muda Pekalongan

….

DipiLih unTuk BerBagi


Kita adalah orang-orang terpilih yang diajak oleh Allah untuk berbagi dengan sesama.
“Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat”

Sophia adalah gadis jelita lulus SMA. Ia anak tunggal dari keluarga yang sangat kaya. Orangtuanya adalah seorang pengusaha yang sibuk dengan pekerjaannya, baik papa maupun mamanya. Ia sendiri di rumah. Sepanjang hari ia habiskan sendiri. Jika ada masalah dan ingin bercerita, ia bingung harus bercerita dengan siapa. Orang tuanya tidak pernah memberinya kesempatan untuk bercerita. Boro-boro bercerita, duduk bersama saja sangat jarang. Orang tuanya hanya tahu beres, soal duit, berapapun yang dibutuhkan akan disiapkan. Sophia tidak benci dengan mereka, tetapi ia ragu ketika ditanya apakah ia sayang dengan mereka? Orang tuanya tidak pernah mengajaknya bercerita, rekreasi bersama, bahkan disayang-sayangpun sangat jarang. Ia masih ingat kata orang tuanya dulu, sewaktu masih hidup sederhana, “Kita hidup harus berbagi. Apapun pekerjaan kita, kita tidak boleh lupa dengan orang lain”. Kata-kata itu masih membekas di hatinya. Apakah situasi membuat segala sesuatunya berubah? Mengapa papanya sekarang menjadi sedemikian egois. Aku, anaknya sendiri, tidak pernah diperhatikan. Apakah ini yang dimaksud berbagi???

Renungan
Rupanya mudah untuk mengatakan sesuatu teori kepada orang lain, tetapi sulit untuk menghidupinya. Orang mudah mengatakan “A”, “B”, tapi sulit melakukan A dan B. Sebenarnya tinggal keselarasan saja yang dibutuhkan. Agar segala sesuatunya kembali normal. Bagaimana orang tua memperhatikan anak, membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Sikap-sikap kecil yang memberikan dampak besar. Sophia butuh perhatian. Maka, jalan keluarnya adalah papa dan mamanya hendaklah memperhatikan dia. Sikap perhatian, sayang, care, adalah sikap-sikap mau berbagi. Ini konsep umum, siapapun, apapun pekerjaannya hendaklah berbagi. Ingat kita mahluk sosial. Pertanyaan bagi kita adalah bagaimana kita bisa memahami bahwa diri kita dipilih oleh Allah untuk berbagi???
Bacaan Injil hari ini memberi terang atas itu.
Bacaan Injil Matius, “Yesus mengutus mereka dan berpesan, “Pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel! Pergilah dan wartakanlah: Kerajaan Allah sudah dekat….dst”. Ini merupakan bentuk perutusan yang diterima oleh para murid. Mereka diutus untuk mewartakan Kerajaan Allah. Mereka yang diutus adalah yang dipilih oleh Allah. Mereka diutus untuk berbagi tentang Kerajaan Allah. Kerajaan Allah bukanlah milik mereka sendiri, tidak hanya mereka yang menikmati Kerajaan Allah. Namun, orang-orang lain pun berhak menikmati,hidup dalam Kerajaan Allah. Ini konsep berbagi.
Yesus datang ke dunia pun untuk berbagi kasih dengan manusia. Ia menderita, mati di salib hanya untuk manusia. Kerap pula kita mendengar analogi tentang Yesus sebagai sebuah roti yang dicuil-cuil. Ia dibagikan untuk semua orang, supaya Ia sungguh merasuk dalam hati setiap orang.Yesus mengajari kita untuk berbagi, mengapa kita tidak melakukannya???

Masa ini adalah masa adven, masa penantian, masa persiapan untuk menyongsong kedatangan Sang Juru selamat. Salah satu sikap yang bisa kita bangun adalah sikap berbagi. Jika kita bisa berbagi satu sama lain, maka semoga kita sungguh dipantaskan untuk menyambut kedatangan-Nya. Apapun pekerjaan kita, penguasa, imam, suster, bruder, karyawan..dsb. Kita dipilih untuk berbagi dengan orang lain.

PercaKapan BeLalAng


Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu
hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya tersebut.
Dengan gembira ia melompat-lompat menikmati kebebasannya.
Di perjalanan dia bertemu dengan seekor belalang lain. Namun
dia keheranan mengapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi
dan lebih jauh darinya.

Dengan penasaran ia menghampiri belalang itu, dan bertanya,
“Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh, padahal
kita tidak jauh berbeda dari usia ataupun bentuk tubuh ?”.
Belalang itu pun menjawabnya dengan pertanyaan, “Dimanakah kau
selama ini tinggal? Karena semua belalang yang hidup di alam
bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan”. Saat itu
si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang
membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain
yang hidup di alam bebas.

Renungan :
Kadang-kadang kita sebagai manusia, tanpa sadar, pernah juga
mengalami hal yang sama dengan belalang. Lingkungan yang buruk,
hinaan, trauma masa lalu, kegagalan yang beruntun, perkataan
teman atau pendapat tetangga, seolah membuat kita terkurung
dalam kotak semu yang membatasi semua kelebihan kita. Lebih
sering kita mempercayai mentah-mentah apapun yang mereka
voniskan kepada kita tanpa pernah berpikir benarkah Anda
separah itu? Bahkan lebih buruk lagi, kita lebih memilih
mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri.
Tidakkah Anda pernah mempertanyakan kepada nurani bahwa Anda
bisa “melompat lebih tinggi dan lebih jauh” kalau Anda mau
menyingkirkan “kotak” itu? Tidakkah Anda ingin membebaskan
diri agar Anda bisa mencapai sesuatu yang selama ini Anda
anggap diluar batas kemampuan Anda?

Beruntung sebagai manusia kita dibekali Tuhan kemampuan untuk
berjuang, tidak hanya menyerah begitu saja pada apa yang kita
alami. Karena itu teman, teruslah berusaha mencapai apapun
yang Anda ingin capai. Sakit memang, lelah memang, tapi bila
Anda sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan
terbayar.

Kehidupan Anda akan lebih baik kalau hidup dengan cara hidup
pilihan Anda. Bukan cara hidup seperti yang mereka pilihkan
untuk Anda.(yauhui.net)

Agenda Misa Tahun Baru 2008-2009

Misa Malam Tahun Baru : Rabu, 31 Desember 2008, Pukul 22.30 WIB

Misa Tahun Baru : Kamis, 01 Januari 2009, Pukul 06.00 WIB

Agenda NaTal 2008

Misa Natal Paroki St. Petrus Pekalongan

Misa Natal I : Rabu, 24 Desember 2008, Pukul 17.00 WIB

Misa Natal II : Rabu, 24 Desember 2008, Pukul 20.30 WIB

Misa Natal III : Kamis, 25 Desember 2008, Pukul 07.30 WIB

Misa Natal IV : Kamis, 25 Desember 2008, Pukul 17.00 WIB



Misa Natal Stasi

Misa Natal Stasi Sragi : Rabu, 24 Desember 2008, Pukul 16.00 WIB

Misa Natal Stasi Wiradesa : Rabu, 24 Desember 2008, Pukul 18.00 WIB

Misa Natal St. Karanganyar-Kajen : Kamis, 25 Desember 2008, Pukul 08.00 WIB

Misa Natal Stasi Doro : Senin, 29 Desember 2008, Pukul 17.00 WIB

Misa Natal Stasi Kedungwuni : Kamis, 1 Januari 2008, Pukul 18.00 WIB

Dari LeLaki unTUk SopHia


Sejatinya, manusia hanyalah bisa bercerita karena ia pernah mengalaminya. Selebihnya, adalah kebohongan belaka.

Selamat malam,
Cukup lama kisah ini terkubur bersama kesibukan yang datang silih berganti. Biarlah malam ini menjadi saksi atas kebisuan bertahun-tahun. Bersama hembusan angin pantai yang mengantarkan kesegaran dan menyisakan dingin yang mengigilkan setiap lekuk tubuh. Sebentar kita memandang ke samping kanan dan kiri. Ada seseorang yang tak begitu asing duduk menyebelahi kita. Tetapi waktu yang telah berlalu cukup lama, sedikit memberikan jarak yang tak pernah kita rencanakan sejak semula. Kecuali karena tuntutan peran kita sebagai manusia, yang harus belajar, yang harus bekerja demi cita-cita, atau yang harus pontang-panting mencari kerja, atau sekedar berdoa melarikan diri dari himpitan dunia.

Ini adalah cerita yang dikisahkan seorang lelaki pada Sophia, sahabatnya. Sebuah kisah yang tersebar di antara buku-buku kuliah di sebuah rumah yang hangat, dengan ruangan yang dilengkapi meja kecil dan lampu remang serta sebuah Kitab Suci lusuh dan robek tepinya (lelaki itu bukan aku loh); dengan dinding warna merah bata yang mulai berjamur di makan usia; dengan beberapa gambar bintang ternama, curt cobain yang berpelukan dengan gitar kesayangan, Linkin Park dengan stylenya yang garang, Avril yang berwajah riang, dan tak mau kalah Yesus pun turut terpajang ala bintang-bintang terkenal dalam berbagai pose yang menantang: main gitar, main basket, dan bawa handphone. Ada juga salib kecil tergantung di dinding yang dingin
Cerita cinta ini, sophia, datang dari kegelapan. Agar kamu percaya bahwa dalam kegelapan juga ada kisah cinta. Atau sedikit bercerita tentang pengharapan dari sebuah persahabatan, supaya kamu tahu dalam persahabatan ada sebuah pengharapan.
Adapun lelaki itu mengambil satu botol bekas, yang telah ia simpan lama dalam brankas miliknya. Dan secarik kertas usang melingkar di dalamnya. Meski demikian, tak terlihat kertas itu lecek atau sobek, tampaknya ia menjaga dan merawat botol beserta isinya dengan sangat baik, sebaik ia merawat dirinya. Tak lama kemudian, ia menghampiri sahabatnya, duduk dan membuka botol itu. Di dapatkan selembar kertas dari dalamnya. Ia pun mengeluarkan kertas itu dan membacakannya perlahan :
“Terima kasih telah menjadi sahabatku. Sahabat itu anugerah kan? Dan selayaknya anugerah, aku merasa tiba-tiba dihadiahi oleh Tuhan seorang kamu. Dengan Cuma-Cuma. Kini, kau akan pergi, mungkin untuk dihadiahkan lagi kepada orang lain yang—seperti juga diriku—akan dengan penuh rasa bahagia menjadi sahabatmu. Tak bisa tidak, aku hanya bisa bersyukur dan berdoa untukmu. Itu saja.
Tak bisa kuucapkan selamat tinggal. Sebab selamat tinggal adalah kata yang tidak menjanjikan apa-apa. Selamat tinggal adalah kata yang dalam bahasa manapun penuh kegetiran dan tanpa pengharapan. Padahal, aku selalu berharap persahabatan kita telah terjadi, meski jarak terbentang antara kenyataan dan mimpi. Aku masih di sini, berharap suatu hari kita akan bertemu lagi”.
Ia memandang Sophia, sahabatnya, dengan sedikit sayu.
“Ada sesuatu yang tertinggal saat perpisahan mendekat, Sophia, dan perpisahan adalah satu pilihan yang tak terelakkan”. Ungkap lelaki itu lirih.
“ Bagiku, pesan itu sungguh berarti. Setiap kali aku merindukan kehadiran seorang sahabat yang pernah ku temukan, aku baca pesan itu, kendati tak begitu sering. Dan setiap kali aku baca pesan itu, senyum kecil selalu tersisa dari wajahku. Intinya, aku bahagia memiliki seorang sahabat. Tak terkecuali kamu, Sophia, sahabatku”.
Tetapi waktu biarlah berlalu. Dan masa lalu adalah kebahagiaan yang tetap ada dalam hatiku. Kendati tak bisa ku elakkan bahwa kesedihan itupun pasti ada. Ah, melankolis banget, tidak apa-apa, toh, setiap manusia mempunyai perasaan semacam itu. Aku tak perlu malu bahwa terkadang aku kerap menangis seperti anak kecil yang minta minum dari tete ibunya. “IBu mimi..mimi..”, sambil merengek dan menarik-narik rok mini ibunya, dan sesekali bersembunyi di balik rok mini. Tetapi jangan berpikiran macam-macam, tak menggerayanginya loh. Ia kan masih kecil. Belum tahu ada apa di balik rok mini ibunya. Bahwa dari sanalah ia dilahirkan, hanya orang dewasalah yang tahu.
Sejak mendengar cerita lelaki itu, Sophia menjadi kagum dan mencintai persahabatan. Pernah suatu kali, secara tak sengaja ia membuka salah satu buku, yang tersusun rapi di atas meja lelaki itu. Kelihatan sudah lecek dan berdebu. Di sana Sophia menemukan sepenggal kalimat yang ditulis indah di halaman depan buku itu. “Semoga semua suka duka, pengalaman pahit dan menarik yang kita peroleh selama 3 tahun (pada waktu itu) tidak akan menguap dari memori kita. Perhatikanlah bahwa angkatan kita ini sungguh unik. Banyak perubahan yang terjadi dan yang kita buat. Di samping itu, renungkan juga ungkapan Zeigst Du, Was Hast Du. Semoga di dunia luar sana, kita mampu menunjukan diri sebagai murid Van LIth yang mempunyai visi dan misi tersendiri. Menjadi terang seperti bintang adalah wujud ideal yang diharapkan dari kita seperti tersimbolkan dalam wujud bintang yang bersinar terang berjumlah 9, identitas angkatan kita”. Buku Kenangan dengan angka Sembilan dan semboyan Zeigst Du, Was Has Du, 2002.
Ia melanjutkan kembali beberapa kalimat dibawahnya. Sophia mengira bahwa tulisan di bawahnya adalah tulisan miliknya
“Adalah benar bahwa setiap peristiwa menghadirkan makna, pun malam ini adalah salah satu kisah yang terangkai dari sekian peristiwa. Dan kisah ini, mungkin telah lama tersimpan rapi dan manis dalam sebotol sunyi. Terasing dari hiruk pikuknya kehidupan. Terdiam dalam kesendirian bersama rumput dan dedaunan yang berguguran.
Adalah manusia-manusia yang merangkai hari dalam bentuk persahabatan dari awal SMU hingga mencapai cita diri. Manusia-manusia yang bersahabat, yang berniat akan menghargai masing-masing pribadi sebagaimana alam selalu memihak ketulusan hati. Kalau di lain hari ternyata ada kisah kasih tersembunyi atau sebuah jiwa lara yang nyaris tak bersuara atau bahkan ada lagi yang berselingkuh mengingkari hati, itu adalah kembang dari banyak kerinduan yang mestinya di dengar, tidak begitu saja dilempar”.
Sophia tertegun. Ia membayangkan, bahwa persahabatan yang menjadi milik lelaki itu adalah harta istimewa baginya. Dan sekali lagi, Sophia menghabiskan waktu untuk membaca kisah persahabatan lelaki itu. Sophia berharap, bahwa ia memiliki persahabatan semacam itu. Persahabatan yang terukir dengan indah dalam hati dan tak lekas usang di makan usia.
Malam semakin larut, tidak seperti malam-malam sebelumnya. Sophia terbaring santai di atas kasur empuk miliknya. Dan seperti biasa, sebelum tidur Ia menyelipkan doa untuk Yesus yang sangat ia cinta
“Ya TUhan berilah aku mimpi
Malam ini
Tentang keindahan persahabatan
Yang akan kurasakan esok pagi”
Ketika kita menemukan seseorang yang keunikannya SEJALAN dengan kita, kita bergabung dengannya dan jatuh kedalam suatu keanehan serupa yang dinamakan SAHABAT
Sahabat
Adalah ketika kamu menitikkan air mata dan MASIH peduli terhadapnya
Adalah ketika dia tidak mampedulikanmu dan kamu MASIH menunggunya dengan setia (trie)

Air Mata SenJa


Konon, sejatinya manusia adalah ciptaan yang baik adanya. Dari hembusan debu diciptakannya manusia. Dan dari tulang rusuk sebelah kiri manusia pria, diciptakannya wanita sebagai pendamping hidupnya. Merekalah yang kita kenal sebagai manusia pertama. Dan merekalah yang mengawali keberadaannya sebagai wanita di dunia.

Inilah kisah anak manusia turunan Adam dan Hawa. Sayup redup tatapan matanya, tak seperti biasanya. Sikap diamnya menyisakan beribu tanya. Seperti redup cahaya, remang-remang adalah sisanya. Seolah layunya bunga sewaktu senja menyisakan kenangan atas warna dan aromanya.

Inilah kisah anak manusia turunan Adam dan Hawa. Hatinya riuh, seperti malam pertarungan yang menyisakan kesedihan, dan sungguh ironi, suara-suara jangkerik, binatang malam itu pun, tak lagi susah untuk di dengar. Ya, hatinya riuh dalam sendu dan bisu. Ia telah lama menanti kapan senja tiba. Seperti manusia pada umumnya, menunggu adalah saat-saat paling tidak disukainya. Bahwa senja akan membawa kekasihnya kembali ke pelukannya adalah harapan terbesarnya. Ya, hatinya riuh menanti dirinya. Kekasih yang telah menyematkan cinta dalam relung-relung hatinya, yang masih menyisakan luka atas cinta lama.

Saat-saat senja adalah waktu istimewa bagi dirinya. Meski terkadang membosankan, tetapi toh tak membuatnya jera. Ia merasa, kesetiaan adalah harta yang berharga. Dan ia percaya itu semua. Bahkan terkadang ia menciptakan trik-trik sederhana, sekedar untuk menepiskan kebosanan dirinya. Benar juga bahwa tak lama kemudian kebosanan itu tiba. Sontak ia berdiri, dan menghembuskannya perlahan. Sembari berfantasi bahwa akan tibalah keindahan yang ia nanti-nantikan. Hembusan itu adalah hembusan kekesalan, agar tak terus bercengkrama dalam hatinya yang pernah luka. Ia masih mencoba untuk setia pada cinta. Ia masih menanti bersama senja yang perlahan tiba.

Kini ia kembali duduk di beranda, tempat kesukaannya. Dibalik kesetiaan itu, ia sematkan secercah harapan bercampur rindu. Ia berharap, Ia lah orang pertama yang akan menyambut kehadirannya. Memeluk, mencium dan meneteskan air mata kebahagiaan yang telah berlinangan sepanjang senja penantian. Bersama guliran air mata yang berjatuhan membasahi kemeja biru muda. Ia menitipkan kenangan serta kesedihannya menanti kekasihnya sepanjang senja. Ini cara terbaik yang pernah ia lakukan, Karena ia sendiri tak pernah tahu kepada siapa bercerita, selain kepada senja.

Saat air matanya menetes bergantian, ia melihat kegetiran. Manakala menanti kekasihnya yang telah pergi, dan tak segera kembali. Kenangan itu-bersama kekasihnya- telah lama ia jaga. Tak lupa pula, Ia taburkan hiasan warna-warna, supaya tetap berkesan dihatinya. Sekalipun tak pernah terlintas untuk menyisihkan dia dari sudut hatinya. Karna sesungguhnya, sang kekasih telah mengisi hatinya…

”aku akan datang bersama matahari yang kembali menuju pusara
Bersama senja akan kubawakan cinta
Dan akan kuberikan hatiku sebagai kado istimewa
Tunggulah aku, saat hari beranjak senja…..”

Bisikan itu keras terdengar setiap senja tiba. Seakan menarik-narik dirinya untuk kembali menuju beranda, dan memerintahkannya duduk di sana. Begitulah, kata-kata itu mengikatnya menjadi semacam cinta. Apakah itu nyata, atau pelarian semata tak sedemikian dikenal olehnya. Namun yang pasti, cinta telah membodohi dirinya dan ia mengatakan, kesetiaan adalah yang utama. Kendati tak pernah diketahuinya kapan saat penantian itu akan berujung bahagia. Ya, ia tak pernah tahu jawabannya.

Hampir setiap senja, matanya berkaca-kaca penuh air mata. Airnya menetes bergantian bak hujan saat musim rendeng tiba. Air itu terus membasahi pipinya yang semakin kusam di makan usia. Dan Ia tak sadar, penantian telah menguras masa mudanya, berlalu tanpa makna.

Tengah malam
trie