Baca Selengkapnya Di : http://indonesianblog-jmk.blogspot.com/2012/04/cara-membuat-link-otomatis-ketika.html#ixzz2cOCvfD00 Orang Muda Katolik: 2008-12-14

Jumat, 19 Desember 2008

Tukang Cukur dan Tuhan



Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya.
Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.
Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.
Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya Tuhan itu ada”.
“Kenapa kamu berkata begitu ???” timpal si konsumen.
“Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan… untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada.
Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada,
Adakah yang sakit??,
Adakah anak terlantar??
Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan.
Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.”
Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.
Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.
Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar (mlungker-mlungker- istilah jawa-nya), kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.
Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata,
“Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”
Si tukang cukur tidak terima,” Kamu kok bisa bilang begitu ??”.
“Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!”
“Tidak!” elak si konsumen.
“Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana”, si konsumen menambahkan.
“Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!”, sanggah si tukang cukur.
” Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya”, jawab si tukang cukur membela diri.
“Cocok!” kata si konsumen menyetujui.
“Itulah point utama-nya!.
Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !
Tapi apa yang terjadi… orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NY".


Renungan:
Ada sebagian orang beranggapan bahwa kesuksesan, kebahagiaan adalah melulu hasil usaha pribadi. Tuhan, siapa Dia? Nama itu tidak ada dalam kamus hidupnya. Kita lupa bahwa hidup melulu bergantung pada-Nya, untuk hidup, untuk keluarga, untuk kerja, untuk karya, melulu dari Tuhan. Ketidaktahuan atau pengingkaran itu membuat kita berjarak dengan Dia. Kita anggap, DIa tidak punya peran apa-apa.

Malam ini sekali lagi kita diundang masuk dalam dekapan kasih-Nya. Ia mengajak kita memperbaiki hubungan yang retak, yang tersayat keangkuhan kita, manusia.
Mari kita renungkan betapa rendahnya kita di mata Tuhan. Untuk menengadah, memandang, mendongak ke atas saja tidak layak. Tapi Ia tetap saja menanti kedatangan kita. Ia telah menanti dan akan terus menanti. Dan saat kita kembali pada-Nya, mungkin Ia telah menyiapkan secangkir kopi panas untuk kita, tanda kebahagiaan-Nya, lalu mengajak kita berbincang-bincang tentang kebahagiaan tinggal bersama-Nya.

Marilah kita datang kepada-Nya dengan rendah hati dan terbuka, supaya Tuhan benar-benar merasuk dalam hidup kita. Amin

DoKuMenTasI


Apa yang membuat Anda bisa masuk surga ?

Ada seorang pria meninggal dunia dan pergi ke Surga. Di depan pintu gerbang, sang Malaikat menemuinya. Katanya, “Begini… Supaya bisa masuk ke dalam Surga, kamu perlu mendapatkan nilai 100. Kamu sebutkan semua kebaikanmu selama di dunia dan aku akan memberi nilai atas setiap kebaikanmu. Begitu kamu mencapai nilai 100, silakan masuk.”
“Baik,” kata pria itu, “Saya menikahi seorang wanita yang sangat aku cintai. Saya tidak pernah selingkuh, bahkan memikirkan soal itu saja tidak pernah.”
“Luar biasa!” puji Sang Malaikat, “Nilainya tiga poin.”
“Tiga poin!?” seru pria itu, “Saya juga setiap Minggunya pergi ke tempat ibadah dan juga terlibat dalam pelayanan. Hampir tidak pernah absen!”
“Bagus!” puji sang Malaikat lagi, “Satu poin untukmu!”
“Satu!!!??” seru pria itu, tidak percaya, “Kalau ini? Saya mengabdikan hidup saya untuk bekerja sebagai seorang juru masak di medan perang untuk para tentara dan korban perang.”
“Dua poin untukmu!” seru Malaikat sambil tersenyum.
“Dua poin???!!!!!” seru pria itu kecewa. “Sedikit sekali nilainya! Kalau begini caranya, saya hanya akan bisa masuk Surga kalau Tuhan bermurah hati padaku untuk mengijinkanku masuk!!”
“TePaT seKali.. !!! Sekarang, silakan masuk!” kata sang Malaikat.

Renungan!
Terkadang kita terlalu mengagungkan perbuatan-perbuatan baik di hadapan Tuhan. Aku telah berbuat ini, menyumbang sana-menyumbang sini, mendoakan semua orang. Seakan-akan cukuplah perbuatan baik itu dimata Tuhan. Seakan-akan perbuatan baik itu telah menjadi jaminan pasti hidup dekat dengan Tuhan. Padahal jika-dinilai-dihitung-hitung, tidaklah seberapa, apabila dibandingkan dengan kemurahan hati Allah yang selalu saja kita terima dalam hidup.

Bukti kemurahan hati Allah itu jelas terlihat saat ia mati di salib. Ia mengorbankan diri-Nya disalib. Mengapa ia melakukannya? Karena Ia ingin mengangkat kita, manusia-manusia berdosa, untuk hidup dalam kemuliaan bersama Bapa. Ia menunjukan belaskasihan-Nya kepada kita.

Di hadapan sakramen Mahakudus, kita diajak untuk terbuka terhadap belaskasih Allah, tidak takut mendekati hati-Nya yang mulia, sebab Ia murah hati kepada siapapun, termasuk orang berdosa, “Yesus berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa”.

Dosa begitu mudah menjerat. Ada berbagai macam gambaran dosa, dosa seperti wanita-semakin disuka semakin menggelayut manja, atau dosa seperti komandan perang, selalu mencari bagian-bagian terlemah, atau dosa seperti lelaki buaya, merayu dengan bendera sukacita.

Begitu mudahnya kita berdosa. Dan karena dosa itulah, kita berjarak dengan Tuhan. Namun, petang ini kita diundang oleh Tuhan untuk hadir, dan bersekutu dengan-Nya dalam kebahagiaan. Kita pantas bersyukur, bahwa kita diundang untuk masuk dalam kesatuan bersama-Nya. Oleh karena itu, kebahagiaan, kesatuan dengan Dia tidak melulu terhitung dari perbuatan baik yang kita lakukan, tetapi kesadaran betapa Allah lah yang begitu murah hati memberikan kita kebahagiaan, melepaskan dosa kita. Untuk itu suatu pengakuan bahwa kita berdosa mau menggambarkan sikap keterbukaan kita terhadap sapaan kemurahan hati Allah, dan membiarkan Allah menguasai hidup kita.
Amin

Kamis, 18 Desember 2008

JaDuaL LaTiHAn kOoR

AGenDa OMK St. PetRus PeKaloNgan
LatiHan KooR oLd ’08 ‘n neW ‘09


1. MingGu, 21 DeSeMber ‘08 10.00 WIB
2. MiNGGu, 28 DeSemBer ‘08 10.00 WIB
3. SeNin, 29 DeSemBer ‘08 10.00 WIB

TeMPaT di GeRejA St. PeTrus PeKaLoNgan

PleAse..coMe 'n sInG a SoNG, PrAiSe ThE LoRd, wiTh uS

AGenDa OMK

AGenDa OMK St. PetRus PeKaloNgan

1 VaLenTiNe’s dAy : FeBruArI ‘09
2 EaSteR : ApRiL ‘09
3 MiNgGu PaNggiLan : Mei ‘09
4 MoViE niGht : JuNi ‘09
5 MiSa 7 aguStuSaN : AguStuS, 09
6 WoRksHop : SePt-NoVembEr ‘09
7 Old ‘n NeW ParTy : DeSember ‘09
8 kuMpuL baReNg OMK : On SaTurday

Rabu, 17 Desember 2008

Kelompok Kepemudaan

Orang Muda Katolik
Gereja St. Petrus Pekalongan


Orang Muda Katolik Gereja St. Petrus Pekalongan terdiri dari :
1. Mudika
2. RG (Rising Generation)
3. KKMK

Tim Kerja Kaum Muda

Tim Kerja Pendamping Kaum Muda
Gereja St. Petrus Pekalongan
Jl. Blimbing 1 Pekalongan
Koordinator : Agnes Lilik Hendrawati

Anggota

  1. Engelina Yosephine Putri Wonoprabowo
  2. Florentina Lydia Kusumawati
  3. Yohanes Leonardus Setiyo Hartanto
  4. Scolastica Febriana PS

Para Pelayan Gereja St. Petrus Pekalongan


Para imam dan frater yang berkarya di Gereja St. Petrus Pekalongan antara lain:
Rm. Agustinus Dwiyantoro, Pr
Rm. Tarcisius Mardi Usmanto, Pr
Rm. Paulus Bambang Widiatmoko, Pr
Fr. Albertus Tri Kusuma

Minggu, 14 Desember 2008

A S A


Letihku menepis asa
Lelahku menanti kembalinya asa itu

Kulihat dia tersenyum
Kulihat dia tertawa saatku sepi
kulihat dia menatapku....

tapi itu dulu...

Kini kau t'lah tiada sahabat..
Tetaplah...
Bertahanlah disana...
bantu jiwaku yang sepi ini
tersenyumlah untukku
walau tak kulihat seberkas cahaya itu
Asa itu tak'kan hilang


Pekalongan, Tengah hari, 14 Desember 2008
IndaH