Minggu, 22 Februari 2009, pukul 09.00, WIB menjadi saat yang dinanti-nantikan oleh beberapa anak remaja Paroki St. Petrus Pekalongan. Mereka adalah anak-anak remaja yang tergabung dalam kelompok PIR. Mereka, yang menjadi anggota PIR, adalah anak-anak SD (mulai dari kelas 4) sampai dengan SMP (Kelas 2).
Kelompok PIR ini mengadakan kegiatan setiap Minggu ke-2 dan Minggu ke-4 (2 kali pertemuan dalam satu bulan). Bentuk-bentuk kegiatan yang diadakan cukup beragam. Para pendamping rupanya mengemas materi setiap pertemuannya dengan cukup dinamis. Dengan harapan bahwa para anggota, anak-anak PIR, tidak bosan dalam mengikuti kegiatan setiap minggunya. Kegiatan yang dilakukan pada hari minggu kedua lebih bersifat pembinaan rohani. Kegiatan yang diadakan semacam pelatihan (lektor), pendalaman, refleksi dsb. Sementara kegiatan minggu keempat menekankan kecerdasan emosional, relasi dengan berbagai game (Permainan), serta dinamika kelompok yang lain. Dalam permainan-permainan tersebut, para pendamping menyelipkan turning point (bundelan) atas permainan tersebut. Dengan permainan-permainan tersebut diharapkan para remaja sungguh terbantu dalam mengembangkan dirinya secara seimbang teristimewa kepribadian (mental) dan spiritual. Sebagaimana telah diadakan dalam minggu ini, kegiatan lebih menekankan permainan, yaitu permainan One Body/Satu Tubuh. Permainan ini dimaksudkan agar mereka, para remaja, sungguh menyadari pentingnya kebersamaan sebagai satu kelompok. Analogi tubuh, yang bekerja sebagai satu kesatuan utuh, kiranya tepat untuk menggambarkan kerjasama dan kebersamaan itu. Para peserta dibagi menjadi empat kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang. Setiap anak dalam kelompok akan mendapatkan peran tertentu, seperti orang buta, lumpuh, mulut, mata, telinga. Mereka akan bekerjasama untuk mengantarkan temannya, yang buta dan lumpuh, untuk mengambil barang-barang yang telah disiapkan pendamping. Mereka tampak antusias dalam mengikuti acara. Semangat itu terlihat dari minat mereka dalam mengikuti kegiatan, bahkan banyak yang mengusulkan bahwa waktu kegiatan itu ditambah, 2 jam (semula 1 jam).
Permainan-permainan ini sekedar menjadi sarana untuk menyisipkan nilai-nilai rohani, tentang kepribadian yang membantu para remaja dalam berkembang secara integral. Setelah permainan-permainan itu selesai mereka lanjutkan dengan menyanyi bersama. Lagu yang dinyanyikan pun merupakan lagu karangan mereka sendiri (menggubah syair lagu pop). Ini menunjukan betapa kreatifnya anak-anak seusia mereka.
Semoga minat anak-anak (remaja) dalam mengikuti kegiatan PIR ini semakin banyak, sehingga dinamika kegiatan menggereja dapat terus berlangsung. Anak-anak Remaja adalah penerus bangsa dan Gereja, diatas pundakmu masa depan ditanggungkan, mulai dari sekarang, saat ini bukan esok atau nanti. (frtri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar