Baca Selengkapnya Di : http://indonesianblog-jmk.blogspot.com/2012/04/cara-membuat-link-otomatis-ketika.html#ixzz2cOCvfD00 Orang Muda Katolik: Uskup Dorong Orang Muda Katolik Terlibat dalam Kehidupan Politik

Kamis, 05 Maret 2009

Uskup Dorong Orang Muda Katolik Terlibat dalam Kehidupan Politik



INDONESIA - 2008-8-22 BATURADEN, Jawa Tengah (UCAN) -- Ketika bangsa Indonesia mempersiapkan pemilihan umum (Pemilu) yang akan berlangsung bulan April mendatang, uskup Purwokerto mendorong orang muda Katolik di keuskupannya agar berpartisipasi secara aktif dalam politik.
"Anda semua adalah masa depan di wilayah Keuskupan Purwokerto ini," kata Uskup Julianus Sunarko SJ kepada sekitar 100 orang muda dari semua 23 paroki di keuskupan yang menghadiri sebuah seminar baru-baru ini.
Komisi Kepemudaan dan Pastoral Mahasiswa Keuskupan Purwokerto menyelenggarakan seminar yang berlangsung 9-10 Agustus itu di Rumah Pastoral Hening Griya di Baturaden.
Tema seminar, “Kaum Muda Feat. Politik,” mencerminkan kepedulian uskup untuk mempersiapkan orang muda menjelang Pemilu yang akan diadakan 9 April 2009.
Banyak orang, termasuk umat Katolik, menganggap politik itu kotor, kata uskup, tetapi ”pandangan semacam itu tidak benar.” Sebaliknya, ”politik adalah seni mengatur kehidupan bersama untuk kesejahteraan bersama dan ini yang penting untuk dipahami,” jelasnya.
Ceramahnya, yang membuka seminar itu, mendorong orang muda Katolik agar bergabung dengan partai-partai politik, namun ia menyarankan, ”Yang penting bertanya apakah partai yang akan saya ikuti mewujudkan perdamaian dan keadilan bagi bangsa atau tidak.”
Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyetujui 38 partai politik yang akan bersaing dalam Pemilu mendatang, dan menetapkan masa kampanye selama sembilan bulan, mulai 8 Juli.
Setelah ceramah uskup, ceramah-ceramah lainnya disampaikan oleh Pastor Petrus Pramudyarkara SJ dari Komisi Kemahasiswaan Keuskupan Agung Semarang, Pastor Paulus Christian Siswantoko, yang mengetuai Komisi Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Purwokerto, dan Fransiskus Assisi Agus Wahyudi, mantan anggota KPU Kabupaten Banyumas. Ceramah-ceramah ini dilanjutkan dengan sejumlah sesi diskusi.
Pastor Pramudyarkara menjelaskan sikap Gereja tentang keterlibatan dalam politik, khususnya mengutip sejumlah dokumen tertentu dari Konsili Vatikan Kedua (1962-1965): Gaudium et Spes (“Konstitusi Pastoral tentang Gereja dalam Dunia Modern”), Lumen Gentium (“Konstitusi Dogmatis tentang Gereja”), dan Apostolicam Actuositatem ("Dekrit tentang Kerasulan Awam").
Gereja harus terlibat dalam politik, katanya, "untuk membangun kehidupan politik yang sungguh manusiawi ... daripada menumbuhkan semangat batin keadilan dan kebaikan hati serta pengabdian demi kesejahteraan umum" (Gaudium et Spes 73).
Tugas khusus umat Katolik, lanjutnya, adalah “menyinari dan mengatur semua hal-hal fana, yang erat-erat melibatkan mereka, sedemikian rupa, sehingga itu semua selalu terlaksana dan berkembang menurut kehendak Kristus, demi kemuliaan Sang Pencipta dan Penebus” (Lumen Gentium 31).
Ia juga menekankan bahwa “hendaknya orang-orang Katolik yang mahir di bidang politik, dan sebagaimana wajarnya berdiri teguh dalam iman serta ajaran kristiani, jangan menolak untuk menjalankan urusan-urusan umum” (Apostolicam Actuositatem 14).
Pastor Siswantoko berbicara tentang kekerasan yang terjadi di tanah air. Ia mendefinisikan kekerasan sebagai tindakan yang mengakibatkan penderitaan fisik dan psikis bagi individu atau kelompok, dan menegaskan bahwa "ini semakin marak di tanah air." Tanggapan kita, katanya, hendaknya "melawan kekerasan dengan tindakan tanpa kekerasan seperti dialog."
Wahyudi mengatakan kepada orang muda itu bahwa Pemilu merupakan sebuah manifestasi dari demokrasi, tetapi ini hanya bisa terwujud jika seluruh masyarakat berpartisipasi secara aktif. “Orang muda Katolik jangan hanya menjadi penonton,” kata pria awam berusia 43 tahun itu.
Seusai seminar, peserta mengatakan kepada UCA News bahwa mereka sekarang melihat politik dalam terang baru dan siap memberikan penyadaran politik di tempat mereka masing-masing.
Brigita Dewi Yuliantari Rahmawati mengakui: "Mulanya saya tidak tahu tentang politik, bahkan saya alergi. Tetapi seminar ini memberi cara pandang baru." Wanita berusia 29 tahun dari Paroki St. Agustinus di Purbalingga, 20 kilometer tenggara Baturaden, itu mengatakan bahwa ia akan "mendorong teman-teman muda agar mau aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial sehingga mereka bisa memahami masalah sosial."
Maria Frista, 20, dari Paroki Hati Kudus Yesus di Tegal, sekitar 50 kilometer utara Baturaden, mengaku bahwa ia merasa tidak yakin bahwa suaranya punya arti dalam Pemilu lima tahun lalu, maka ia tidak menggunakan hak suaranya. Namun sekarang, katanya, "saya tahu bahwa perubahan itu ditentukan oleh kita." Frista berjanji untuk bekerja bersama teman-temannya untuk mengadakan seminar-seminar tentang politik bagi orang muda di parokinya (diambil dari http://www.ucanews.com/2008/08/22/indonesia-uskup-dorong-orang-muda-katolik-terlibat-dalam-kehidupan-politik/)

Tidak ada komentar: